Proyek Gas Senoro Diproduksi 2013


JAKARTA - Proyek pengembangan gas Senoro yang sudah berlangsung sejak dua tahun lalu akhirnya sudah dapat mulai direncanakan untuk berproduksi.

"Akan dimulai pada 2013 dengan laju alir gas rata-rata 227 MMscsd. Gas dari lapangan-lapangan tersebut akan digunakan untuk memasok kebutuhan kilang LNG Downstream, Donggi Senoro LNG," ujar Kepala BP Migas R Prijono, dalam rapat dengar pendapat dengan komisi VII DPR, di Gedung DPR Senayan, Jakarta , Rabu (11/2/2009).

Dia menambahkan bahwa perjanjian jual beli dengan PT DSLNJ sudah ditandatangani pada 22 Januari 2009 dan akan sepernuhnya efektif setelah selesainya perjanjian penunjukkan penjual dengan BP Migas dan persetujuan harga dari pemerintah.

Saat ini operator telah mengebor lima sumur gas produksi dan mempersiapkan pengeboran dua sumur tambahan, yakni Senoro VI dan Cendanapura I.

Sebelumnya, Deputi Finansial dan Pemasaran BP Migas Eddy Purwanto pernah menyebutkan bahwa harga gas Senoro telah disepakati USD3,85 per mmbtu, sekaligus menjadi harga batas bawah yang bergerak mengikuti fluktuasi harga minyak mentah. Namun, konsorsium tersebut kembali menegoisasikan ulang harga tersebut.

Proyek Kilang LNG Senoro di Sulawesi Tengah ditargetkan berproduksi dua juta ton per tahun mulai tahun 2009. Gas berasal dari blok Matindok, dengan cadangan 0,5 triliun kaki kubik dan Donggi, dengan cadangan 1,8 triliun kaki kubik. Pertamina mengelola Blok Matindok dan Pertamina-Medco mengelola Donggi.

Kegiatan pengembangan lapangan tangguh mencakup dua kegiatan, yaitu yang pertama sebagai kegiatan pembangunan kilang LNG, berkapasitas 7,6 mtpa dan yang kedua adalah kegiatan pengembangan lapangan gas.

"Sampai akhir Desember 2008, secara keseluruhan pengembangan proyek telah mencapai 96,1 persen. Kegiatan konstruksi Train I dan Train II sudah selesai, dan kini sedang dilakukan kegiatan comissioning. First Drop LNG, dari Train II di perkirakan pada pertengahan April, sementara untuk Train II akan dilakuakan pada sebulan kemudian," jelasnya.

Sebagai informasi, dari Train I dan II Lapangan Tangguh yang belum terkontrak, terdapat sisa pasokan gas sebesar 2,7 TCF. Gas itu dapat digunakan untuk membangun 3 pabrik pupuk dengan kemampuan produksi masing-masing satu juta ton urea per tahun selama 25 tahun.

Walau demikian, mengingat BP Tangguh sebagai operator memiliki lahan yang luas di kawasan tersebut, diharapkan pabrik pupuk dapat dibangun di wilayah itu dengan kompensasi tertentu. (adn) (ade)

sumber : www.okezone.com


0 komentar:

Post a Comment